Menunggu gak selalu buruk



Dari balik jendela aku mengintip derai hujan yang turun di depan ruang R.6. Aku mencoba menikmati hujan sore ini selagi belum ada mahasiswa yang datang untuk ujian. Dan kusadari jua bahwa hujan sore ini sangat romantis. Betapa tidak, sayup-sayup syair Michael Bubble terdengar merdu beradu dengan bunyi hujan di atap bangunan tua ini dan gemericik suaranya menghempas kerikil-kerikil di seberang selasar ini terdengar lembut. Tiada terdengar bunyi mesin, deru kendaraan dijalanan, dan hiruk pikuk manusia disekitar. Mataku pun disegarkan dengan deraian air hujan di pelupuk batang tanaman setinggi kurang dari 100 meter.

Hijau… Basah…. Segar….

Ditambah lagi semilir angin dari AC yang ku setel dengan suhu 23 derajat celsius ini menambah sejuknya sore ini. Tiada ku rasakan semilir angin yang diakibatkan oleh turunnya hujan sore ini, sayangnya. Namun telinga dan mataku sudah cukup dimanjakan alam ini walau hanya sejenak. Aku berpikir: "kombinasi yang apik". Alam ini memanjakan mata dan telingaku, sementara ciptaan manusia yang tergantung di dinding sebelah kananku ini telah sanggup memanjakan kulitku. Ada lagi yang menambah kesempurnaan sore ini. Kopi. Aroma kopi instan yang kubuat beberapa menit yang lalu masih memenuhi ruangan ini.

 Oh, sempurna…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekpresi Hari Ini

Pagi itu di Sepinggan